Kamis, 15 September 2016

FILOSOFI BURUNG ENGGANG (Dayaknesia/ Dayaknese)







Burung Enggang (bahasa Inggris: Hornbill) adalah sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk lembu tetapi tanpa lingkaran, kadang kala dengan kask pada bagian atas mandibel. Biasanya paruhnya itu berwarna garang. Nama sainsnya “Buceros” merujuk kepada bentuk paruh, dan berarti “tanduk lembu” dalam bahasa Yunani. (Wikipedia. 2008)

Dalam klasifikasi ilmiah, Enggang (begitu saja kita sebut), merupakan sekelompok burung berparuh tanduk yang masuk dalam keluarga Bucerotidae. Ada sekitar 57 spesies dalam keluarga burung ini yang 10 di antaranya endemik Afrika, sebagian lagi endemik Asia, dan sisanya tersebar di wilayah lain.

Burung Enggang dicirikan oleh ukuran tubuh yang besar, kurang lebih dua kali ayam kampung dan memiliki paruh yang sangat besar menyerupai tanduk sehingga dinamakan hornbill, yang berarti ‘paruh tanduk’. Dari kejauhan, burung ini dapat dikenali melalui suara yang parau lantang. Burung dengan ukuran tubuh yang sangat besar, dengan suara yang keras serta beberapa jenis memiliki warna tubuh yang mencolok, merupakan burung yang sangat jarang dijuampai. Kelompok burung Enggang (Bucerotidae) mempunyai paruh besar dan kokoh tetapi ringan serta bersifat arboreal.


Burung Enggang merupakan burung endemik di wilayah Kalimantan, yang tidak ada di wilayah lainnya. Sebagai burung endemik wajar saja akhirnya burung ini banyak disimbolisasikan oleh masyarakat yang ada di wilayah Kalimantan, seperti masyarakat Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Simbolisasi burung enggang ini diwujudkan kedalam bentuk-bentuk simbol pemerintahan daerah, tarian sampai simbol universitas.



Burung Enggang juga merupakan satwa langka yang terdapat di hutan rimba Kalimantan. Tercatat sebagai keturunan burung yang hidup sejak ribuan tahun lalu. Sejak lama burung enggang memang sudah menjadi salah satu burung yang “dipuja” dibanyak kebudayaan kuno, termasuk suku Dayak di Kalimantan. Burung enggang pada beberapa kebudayaan kuno menjadi bagian ritual religi yang melambangkan kebebasan, kesucian dan mithologi. Burung yang dianggap memiliki kekuatan gaib oleh suku dayak ini, Kini ia termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi karena terancam punah.


Berdasarkan kepercayaan orang-orang lama, simbolisasi burung enggang ini setara dengan simbolisasi naga, yang dianggap bahwa burung enggang sebagai simbolisasi alam atas (langit) dan naga sebagai simbolisasi alam bawah (darat).Di sini burung enggang sebagai penjaga alam atas, yang sekaligus sebagai wujud keseimbangan dengan alam bawah.

Istimewanya dari burung enggang yaitu pada saat burung betina mengerami telurnya sampai menetas tidak pernah meninggalkan sarangnya, kemudian kebutuhan makannya selama disarang disediakan oleh burung enggang yang laki. Dalam hal makanan si burung enggang tidak lah terlalu pilih-pilih yang penting asal buah-buahan itu sudah masak maka akan dimakannya, seperti pisang, kestela, mangga kemudian kadang-kadang juga memakan binatang yang kecil-kecil untuk pencernaan.



Burung enggang betina akan lama berada disarangnya sehingga selama disarangnya burung betina membentuk sarang yang tertutup dengan satu lubang yang tidak terlalu besar, kemudian sarang itu terus dirangkai menjadi sarang besar jika anak-anaknya sudah menetas, serta anak-anak yang sudah mulai besar bisa ikut merevarasi sarang ini menjadi besar untuk tempat tinggalnya sendiri dengan menyambung dari sarang yang induknya.

Kepandaian burung enggang dalam merangkai sarang inilah yang menjadi sebab urang Kotabaru menyebut burung ini dengan sebutan lain, yaitu burung rangkai. Arti burung rangkai ini adalah burung yang pandai membuat sarang dari awalnya berbentuk kecil sampai menjadi berbentuk besar dan panjang.
Warna hitam yang melekat di burung enggang itu melambangkan keteguhan jiwa dan kesetiaan. Ini terkait dengan kebiasaan burung enggang dalam memilih pasangan hidupnya yang selalu dikasihi dan setia sampai akhir hayat. Burung enggang selalu melindungi betinanya dan anak-anaknya dari bahaya luar dengan membangun sarang yang tertutup dan tinggi.
Dalam kepercayaan umat hindu kaharingan, burung tingang memiliki makna tersendiri. Berdasarkan mithologi agama hindu kaharingan, di lewu batu nindan tarung (alam atas), Tingang Rangga Bapantung Nyahu (burung tingang) adalah  salah satu penciptaan Ranying Hatala melalui perubahan wujud Luhing Pantung Tingang (destar) yang dipakai oleh Raja Bunu ketika ia menerima Danum nyalung Kaharingan belum (Air Suci Kehidupan). Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat kitab suci panaturan







Pasal 27 ayat 21
Hayak auh nyahu batengkung ngaruntung langit, homboh malentar kilat basiring hawun,Luhing pantung tingang basaluh manjadi Tingang Rangga Bapantung Nyahu”.
Bersama bunyi Guntur menggemuruh memenuhi alam semesta, petir halilintar menggetarkan buana, Luhingpantung tingang kejadian menjadi Tingang Rangga Bapantung Nyahu (burung enggang).
 Kemudian burung tingang tersebut tinggal dan menempati Lunuk Jayang Tingang Baringen Sempeng Tulang Tambarirang (Pohon Beringin), dimana pada saat Balian Balaku Untung wujud burung tingang itu memberkati kehidupan manusia melalui perjalanan Banama Tingang (perahu) untuk mendapatkan berkat dan karunia dari Ranying Hatala.

Oleh karena itu dalam setiap upacara basarah yang dilakukan oleh umat hindu kaharingan selalu terdapatdandang tingang (bulu ekor tingang) sebagai sarana pelengkap yang terdapat didalam sangku tambak rajamendapatkan bulau untung aseng panjang (berkat dan karunia-Nya) dari Ranying Hatala. Dilihat dari filsafat keagamaan hindu kaharingan sendiri dandang tingang memiliki makna simbolis didalam kehidupan umat manusia yaitu :

1. Warna putih dibagian atas, berarti alam kekuasaan Ranying Hatala beserta manisfestasi-manisfestasi-Nya.
2. Warna hitam di tengah, yaitu alam kehidupan manusia di pantai danum kalunen (dunia) yang penuh dengan rintangan dan cobaan.
3. Warna putih dibagian bawah, berarti alam kekuasaan Jatha Balawang Bulau.
Dari ketiga warna tersebutlah yang menjadi warna corak dalam kehidupan umat hindu kaharingan yang diaplikasikan dalam bhakti sebagai ucapan syukur kepada Ranying Hatala dan Jatha Balawang Bulau melalui berbagai upacara-upacara yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Umat hindu kaharingan meyakini bahwa dalam bulu ekor tingang tersebut terdapat suatu kekuatan gaib yang menjadi pedoman hidup yang berlandaskan dengan Lime Sarahan (Lima Pengakuan Iman) dalam meyakini segala kekuasaan Ranying Hatala dalam kehidupan di dunia ini.


1 komentar:

  1. How to get a sportsbook in Florida - MJH Hub
    The Seminole Hard Rock Hotel and Casino is one of 고양 출장샵 nine casinos in Florida 평택 출장안마 that are currently open. 남원 출장안마 They've not opened in at 충청남도 출장안마 all, but 강릉 출장마사지 most

    BalasHapus